Jawabannya
karena planet Pluto ukurannya terlalu kecil sehingga tidak layak disebut
sebagai planet, selain itu orbit yang dimiliki oleh pluto tidak
sesuai/berbahaya untuk planet lain (dapat bertabrakan dengan planet lain),
tetapi pluto juga tidak dapat memancarkan sinar sendiri jadi pluto juga bukan
bintang, maka dari itu pluto disebut benda langit.
Pluto telah mendapat nama baru sesuai dengan statusnya saat ini sebagai planet
kerdil. Sejak sepekan lalu Pusat Planet Minor (MPC), organisasi resmi yang
bertanggung jawab untuk pegumpulan data tentang asteroid dan komet di dalam
sistem tata surya, ternyata telah mendaftarkan bekas planet kesembilan itu
sebagai asteroid ke-134340.
Masuknya Pluto dalam katalog asteroid itu menegaskan keputusan Uni Astronomi
Dunia tiga minggu lalu untuk menyingkirkan Pluto dari keluarga planet tata
surya. Sejak itu Pluto hanya disetarakan dengan obyek-obyek kecil tata surya
dengan garis orbit yang sudah pasti.
Bulan-bulan Pluto, Charon, Nix dan Hydra dianggap sebagai bagian dari sistem
yang sama dan tidak didaftarkan dengan nomor yang berbeda. "Mereka hanya
akan disebut 134340 I, II, dan III," kata Brian Marsden, Direktur Emeritus
MPC.
ALASAN PLUTO DIKELUARKAN DARI TATA SURYA
Mulai Kamis (24/8/2006) jangan pernah terpeleset mengucapkan Planet Pluto.
Karena sejak hari itu, Pluto sudah tidak lagi berhak menyandang predikat
sebagai planet.
Sidang Umum Himpunan Astronomi Internasional (International Astronomical
Union/IAU) Ke-26 di Praha, Republik Ceko, yang berakhir 25 Agustus,
menghasilkan keputusan bersejarah dalam dunia astronomi dengan mengeluarkan
Pluto dari daftar planet-planet di Tata Surya kita. Mulai sekarang, anggota
Tata Surya hanya terdiri dari delapan planet, yakni Merkurius, Venus, Bumi,
Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
Keputusan mengeluarkan Pluto yang sudah menjadi anggota Keluarga Planet Tata
Surya selama 76 tahun merupakan konsekuensi ditetapkannya definisi baru tentang
planet. Resolusi 5A Sidang Umum IAU Ke-26 berisi definisi baru itu.
Dalam resolusi tersebut dinyatakan, sebuah benda langit bisa disebut planet
apabila memenuhi tiga syarat, yakni mengorbit Matahari, berukuran cukup besar
sehingga mampu mempertahankan bentuk bulat, dan memiliki jalur orbit yang jelas
dan "bersih" (tidak ada benda langit lain di orbit tersebut).
Definisi tersebut adalah definisi universal pertama tentang planet sejak
istilah planet dikenal di kalangan astronom, bahkan sebelum era Nicolaus
Copernicus yang tahun 1543 membuktikan Bumi adalah salah satu planet yang berputar
mengelilingi Matahari.
Dengan definisi baru tersebut, Pluto tidak berhak menyandang nama planet karena
tidak memenuhi syarat yang ketiga. Orbit Pluto memotong orbit planet Neptunus
sehingga dalam perjalanannya mengelilingi Matahari, Pluto kadang berada lebih
dekat dengan Matahari dibandingkan Neptunus.
zahrotulahya
Minggu, 25 September 2016
Minggu, 09 Agustus 2015
15 Langkah Efektif Untuk Menghafal Al Qur'an
Sesuatu yang paling
berhak dihafal adalah Al Qur’an, karena Al Qur’an adalah Firman Allah,
pedoman hidup umat Islam, sumber dari segala sumber hukum, dan bacaan
yang paling sering dulang-ulang oleh manusia. Oleh Karenanya, seorang
penuntut ilmu hendaknya meletakan hafalan Al Qur’an sebagai prioritas
utamanya. Berkata Imam Nawawi : “ Hal Pertama ( yang harus diperhatikan
oleh seorang penuntut ilmu ) adalah menghafal Al Quran, karena dia
adalah ilmu yang terpenting, bahkan para ulama salaf tidak akan
mengajarkan hadits dan fiqh kecuali bagi siapa yang telah hafal Al
Quran. Kalau sudah hafal Al Quran jangan sekali- kali menyibukan diri
dengan hadits dan fikih atau materi lainnya, karena akan menyebabkan
hilangnya sebagian atau bahkan seluruh hafalan Al Quran. “()
( ) Imam Nawawi, Al Majmu’,( Beirut, Dar Al Fikri, 1996 ) Cet. Pertama, Juz : I, hal : 66
Di bawah ini beberapa langkah efektif untuk menghafal Al Qur’an yang disebutkan para ulama, diantaranya adalah sebagai berikut :
Langkah Pertama : Pertama kali
seseorang yang ingin menghafal Al Qur’am hendaknya mengikhlaskan
niatnya hanya karena Allah saja. Dengan niat ikhlas, maka Allah akan
membantu anda dan menjauhkan anda dari rasa malas dan bosan. Suatu
pekerjaan yang diniatkan ikhlas, biasanya akan terus dan tidak berhenti.
Berbeda kalau niatnya hanya untuk mengejar materi ujian atau hanya
ingin ikut perlombaan, atau karena yang lain.
Langkah Kedua : Hendaknya
setelah itu, ia melakukan Sholat Hajat dengan memohon kepada Allah agar
dimudahkan di dalam menghafal Al Qur’an. Waktu sholat hajat ini tidak
ditentukan dan doa’anyapun diserahkan kepada masing-masing pribadi. Hal
ini sebagaimana yang diriwayat Hudzaifah ra, yang berkata :
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا حزبه أمر صلى
“ Bahwasanya Rosulullah saw jika ditimpa suatu masalah beliau langsung mengerjakan sholat. “()
Adapun riwayat yang
menyebutkan doa tertentu dalam sholat hajat adalah riwayat lemah, bahkan
riwayat yang mungkar dan tidak bisa dijadikan sandaran. ()
Begitu juga hadist yang
diriwayatkan Ibnu Abbas ra yang menjelaskan bahwa Rosulullah saw
mengajarkan Ali bin Abu Thalib sholat khusus untuk meghafal Al Qur’an
yang terdiri dari empat rekaat , rekaat pertama membaca Al Fatihah dan
surat Yasin, rekaat kedua membaca surat Al Fatihah dan Ad Dukhan, rekaat
ketiga membaca surat Al Fatihah dan Sajdah, dan rekaat keempat membaca
surat Al Fatihah dan Al Mulk, itu adalah hadist maudhu’ dan tidak boleh
diamalkan. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa hadist tersebut adalah
hadits dhoif . ()
Langkah Ketiga : Memperbanyak do’a untuk menghafal Al Qur’an. ()
Do’a ini memang tidak terdapat
dalam hadits, akan tetapi seorang muslim bisa berdo’a menurut kemampuan
dan bahasanya masing-masing. Mungkin anda bisa berdo’a seperti ini :
اللهم وفقني لحفظ القرآن الكريم ورزقني تلاوته أناء الليل وأطراف النهار على الوجه الذي يرضيك عنا يا أرحم الراحمين .
“ Ya Allah berikanlah kepada
saya taufik untuk bisa menghafal Al Qur’an, dan berilah saya kekuatan
untuk terus membacanya siang dan malam sesuai dengan ridhal dan
tuntunan-Mu , wahai Yang Maha Pengasih “.
Langkah Keempat : Menentukan
salah satu metode untuk menghafal Al Qur’an. Sebenarnya banyak sekali
metode yang bisa digunakan untuk menghafal Al Qur’an, Masing-masing
orang akan mengambil metode yang sesuai dengan dirinya. Akan tetapi di
sini hanya akan disebutkan dua metode yang sering dipakai oleh sebagian
kalangan, dan terbukti sangat efektif :
Metode Pertama : Menghafal per satu halaman ( menggunakan Mushaf Madinah ). Kita membaca satu lembar yang mau kita hafal sebanyak tiga atau lima kali secara benar, setelah itu kita baru mulai menghafalnya. Setelah hafal satu lembar, baru kita pindah kepada lembaran berikutnya dengan cara yang sama. Dan jangan sampai pindah ke halaman berikutnya kecuali telah mengulangi halaman- halaman yang sudah kita hafal sebelumnya. Sebagai contoh : jika kita sudah menghafal satu lembar kemudian kita lanjutkan pada lembar ke-dua, maka sebelum menghafal halaman ke-tiga, kita harus mengulangi dua halaman sebelumnya. Kemudian sebelum menghafal halaman ke-empat, kita harus mengulangi tiga halaman yang sudah kita hafal. Kemudian sebelum meghafal halaman ke-lima, kita harus mengulangi empat halaman yang sudah kita hafal. Jadi, tiap hari kita mengulangi lima halaman : satu yang baru, empat yang lama. Jika kita ingin menghafal halaman ke-enam, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman dua, tiga, empat dan lima. Untuk halaman satu kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali. Jika kita ingin menghafal halaman ke-tujuh, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman tiga, empat, lima, dan enam. Untuk halaman satu dan dua kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali, dan begitu seterusnya.
Metode Pertama : Menghafal per satu halaman ( menggunakan Mushaf Madinah ). Kita membaca satu lembar yang mau kita hafal sebanyak tiga atau lima kali secara benar, setelah itu kita baru mulai menghafalnya. Setelah hafal satu lembar, baru kita pindah kepada lembaran berikutnya dengan cara yang sama. Dan jangan sampai pindah ke halaman berikutnya kecuali telah mengulangi halaman- halaman yang sudah kita hafal sebelumnya. Sebagai contoh : jika kita sudah menghafal satu lembar kemudian kita lanjutkan pada lembar ke-dua, maka sebelum menghafal halaman ke-tiga, kita harus mengulangi dua halaman sebelumnya. Kemudian sebelum menghafal halaman ke-empat, kita harus mengulangi tiga halaman yang sudah kita hafal. Kemudian sebelum meghafal halaman ke-lima, kita harus mengulangi empat halaman yang sudah kita hafal. Jadi, tiap hari kita mengulangi lima halaman : satu yang baru, empat yang lama. Jika kita ingin menghafal halaman ke-enam, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman dua, tiga, empat dan lima. Untuk halaman satu kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali. Jika kita ingin menghafal halaman ke-tujuh, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman tiga, empat, lima, dan enam. Untuk halaman satu dan dua kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali, dan begitu seterusnya.
Perlu diperhatikan juga,
setiap kita menghafal satu halaman sebaiknya ditambah satu ayat di
halaman berikutnya, agar kita bisa menyambungkan hafalan antara satu
halaman dengan halaman berikutnya.
Metode Kedua : Menghafal per-
ayat , yaitu membaca satu ayat yang mau kita hafal tiga atau lima kali
secara benar, setelah itu, kita baru menghafal ayat tersebut. Setelah
selesai, kita pindah ke ayat berikutnya dengan cara yang sama, dan begiu
seterusnya sampai satu halaman. Akan tetapi sebelum pindah ke ayat
berikutnya kita harus mengulangi apa yang sudah kita hafal dari ayat
sebelumnya. Setelah satu halaman, maka kita mengulanginya sebagaimana
yang telah diterangkan pada metode pertama . ()
Untuk memudahkan hafalan juga, kita bisa membagi Al Qur’an menjadi tujuh hizb ( bagian ) :
- Surat Al Baqarah sampai Surat An Nisa’
- Surat Al Maidah sampai Surat At Taubah
- Surat Yunus sampai Surat An Nahl
- Surat Al Isra’ sampai Al Furqan
- Surat As Syuara’ sampai Surat Yasin
- Surat As Shoffat sampai Surat Al Hujurat
- Surat Qaf sampai Surat An Nas
Boleh juga dimulai dari bagian
terakhir yaitu dari Surat Qaf sampai Surat An Nas, kemudian masuk pada
bagian ke-enam dan seterusnya.
Langkah Kelima : Memperbaiki Bacaan.
Sebelum mulai menghafal,
hendaknya kita memperbaiki bacaan Al Qur’an agar sesuai dengan tajwid.
Perbaikan bacaan meliputi beberapa hal, diantaranya :
a/ Memperbaiki Makhroj Huruf.
Seperti huruf ( dzal) jangan dibaca ( zal ), atau huruf ( tsa) jangan
dibaca ( sa’ ) sebagaimana contoh di bawah ini :
ثم —— > سم / الذين —- > الزين
b/ Memperbaiki Harakat Huruf . Seperti yang terdapat dalam ayat-ayat di bawah ini :
1/ وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمات ( البقرة : 124 ) —- > )إبراهيمُ ﴾
2/ وَكُنْت ُ عَلَيْهِمْ
شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ
الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ ( المائدة : 116 )
وَكُنْت ُ < ——— > كُنْتَ
3/ أَفَمَنْ يَهْدِي إِلَى
الْحَقِّ أَحَقُّ أَنْ يتَّبَعَ أَمْ مَنْ لَا يَهِدِّي إِلَّا أَنْ
يُهْدَى ( ونس : 35 ) —- > أم من لا يَهْدِي
4/ رَبَّنَا أَرِنَا الَّذَيْنِ أَضَلَّانَا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ( فصلت :29 ) —– > الَّذِين
5/ فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا
أَنَّهُمَا فِي النَّارِ خَالِدَيْنِ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ
الظَّالِمِينَ ﴾ الحشر: 17) —– > خالدِين فيها
Langkah Keenam : Untuk
menunjang agar bacaan baik, hendaknya hafalan yang ada, kita setorkan
kepada orang lain, agar orang tersebut membenarkan jika bacaan kita
salah. Kadang, ketika menghafal sendiri sering terjadi kesalahan dalam
bacaan kita, karena kita tidak pernah menyetorkan hafalan kita kepada
orang lain, sehingga kesalahan itu terus terbawa dalam hafalan kita, dan
kita menghafalnya dengan bacaan tersebut bertahun-tahun lamanya tanpa
mengetahui bahwa itu salah, sampai orang lain yang mendengarkannya
akhirnya memberitahukan kesalahan tersebut.
Langkah Ketujuh : Faktor lain
agar bacaan kita baik dan tidak salah, adalah memperbanyak untuk
mendengar kaset-kaset bacaan Al Qur’an murattal dari syekh yang mapan
dalam bacaannya. Kalu bisa, tidak hanya sekedar mendengar sambil
mengerjakan pekerjaan lain, akan tetapi mendengar dengan serius dan
secara teratur. Untuk diketahui, akhir-akhir ini - alhamdulillah -
banyak telivisi-telelivisi parabola yang menyiarkan secara langsung
pelajaran Al Qur’an murattal dari seorang syekh yang mapan, diantaranya
adalah acara di televisi Iqra’ . Tiap pekan terdapat siaran langsung
pelajaran Al Qur’an yang dipandu oleh Syekh Aiman Ruysdi seorang qari’
yang mapan dan masyhur, kitapun bisa menyetor bacaan kita kepada syekh
ini lewat telpun. Rekaman dari acara tersebut disiarkan ulang setiap
pagi. Selain itu, terdapat juga di channel ” Al Majd “, dan channel-
channel televisi lainnya. Acara-acara tersebut banyak membantu kita di
dalam memperbaiki bacaan Al Qur’an.
Langkah Kedelapan : Untuk
menguatkan hafalan, hendaknya kita mengulangi halaman yang sudah kita
hafal sesering mungkin, jangan sampai kita sudah merasa hafal satu
halaman, kemudian kita tinggal hafalan tersebut dalam tempo yang lama,
hal ini akan menyebabkan hilangnya hafalan tersebut. Diriwayatkan bahwa
Imam Ibnu Abi Hatim, seorang ahli hadits yang hafalannya sangat terkenal
dengan kuatnya hafalannya. Pada suatu ketika, ia menghafal sebuah buku
dan diulanginya berkali-kali, mungkin sampai tujuh puluh kali. Kebetulan
dalam rumah itu ada nenek tua. Karena seringnya dia mengulang-ulang
hafalannya, sampai nenek tersebut bosan mendengarnya, kemudian nenek
tersebut memanggil Ibnu Abi Hatim dan bertanya kepadanya : Wahai anak,
apa sih yang sedang engkau kerjakan ? “ Saya sedang menghafal sebuah
buku “ , jawabnya. Berkata nenek tersebut : “ Nggak usah seperti itu,
saya saja sudah hafal buku tersebut hanya dengan mendengar hafalanmu.” .
“ Kalau begitu, saya ingin mendengar hafalanmu “ kata Ibnu Abi Hatim,
lalu nenek tersebut mulai mengeluarkan hafalannya. Setelah kejadian itu
berlalu setahun lamanya, Ibnu Abi Hatim datang kembali kepada nenek
tersebut dan meminta agar nenek tersebut menngulangi hafalan yang sudah
dihafalnya setahun yang lalu, ternyata nenek tersebut sudah tidak hafal
sama sekali tentang buku tersebut, dan sebaliknya Ibnu Abi Hatim, tidak
ada satupun hafalannya yang lupa. () Cerita ini menunjukkan bahwa
mengulang-ulang hafalan sangatlah penting. Barangkali kalau sekedar
menghafal banyak orang yang bisa melakukannya dengan cepat, sebagaimana
nenek tadi. Bahkan kita sering mendengar seseorang bisa menghafal Al
Qur’an dalam hitungan minggu atau hitungan bulan, dan hal itu tidak
terlalu sulit, akan tetapi yang sulit adalah menjaga hafalan dan
mengulanginya secara kontinu.
Langkah Kesembilan : Faktor
lain yang menguatkan hafalan adalah menggunakan seluruh panca indra yang
kita miliki. Maksudnya kita menghafal bukan hanya dengan mata saja,
akan tetapi dibarengi dengan membacanya dengan mulut kita, dan kalau
perlu kita lanjutkan dengan menulisnya ke dalam buku atau papan tulis.
Ini sangat membantu hafalan seseorang. Ada beberapa teman dari Marokko
yang menceritakan bahwa cara menghafal Al Qur’an yang diterapkan di
sebagian daerah di Marokko adalah dengan menuliskan hafalannya di atas
papan kecil yang dipegang oleh masing-masing murid, setelah mereka bisa
menghafalnya di luar kepala, baru tulisan tersebut dicuci dengan air.
Langkah Kesepuluh : Menghafal kepada seorang guru.
Menghafal Al Qur’an kepada
seorang guru yang ahli dan mapan dalam Al Qur’an adalah sangat
diperlukan agar seseorang bisa menghafal dengan baik dan benar.
Rosulullah saw sendiri menghafal Al Qur’an dengan Jibril as, dan
mengulanginya pada bulan Ramadlan sampai dua kali katam.
Langkah Kesebelas :
Menggunakan satu jenis mushaf Al Qur’an dan jangan sekali-kali pindah
dari satu jenis mushaf kepada yang lainnya. () Karena mata kita akan
ikut menghafal apa yang kita lihat. Jika kita melihat satu ayat lebih
dari satu posisi, jelas itu akan mengaburkan hafalan kita. Masalah ini,
sudah dihimbau oleh salah seorang penyair dalam tulisannya :
العين تحفظ قبل الأذن ما تبصر فاختر لنفسك مصحف عمرك الباقي .
“ Mata akan menghafal apa yang dilihatnya- sebelum telinga- , maka pilihlah satu mushaf untuk anda selama hidupmu. “()
Yang dimaksud jenis mushaf di
sini adalah model penulisan mushaf. Di sana ada beberapa model penulisan
mushaf, diantaranya adalah : Mushaf Madinah atau terkenal dengan Al
Qur’an pojok, satu juz dari mushaf ini terdiri dari 10 lembar, 20
halaman, 8 hizb, dan setiap halaman dimulai dengan ayat baru. Mushaf
Madinah ( Mushaf Pojok ) ini paling banyak dipakai oleh para pengahafal
Al Qur’an, banyak dibagi-bagikan oleh pemerintah Saudi kepada para
jama’ah haji. Cetakan-cetakan Al Qur’an sekarang merujuk kepada model
mushaf seperti ini. Dan bentuk mushaf seperti ini paling baik untuk
dipakai menghafal Al Qur’an.
Disana ada model lain, seperti
mushaf Al Qur’an yang dipakai oleh sebagain orang Mesir, ada juga
mushaf yang dipakai oleh sebagain orang Pakistan dan India, bahkan ada
model mushaf yang dipakai oleh sebagian pondok pesantren tahfidh Al
Qur’an di Indonesia yang dicetak oleh Manar Qudus , Demak.
Langkah Keduabelas : Pilihlah
waktu yang tepat untuk menghafal, dan ini tergantung kepada pribadi
masing-masing. Akan tetapi dalam suatu hadist yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah ra, disebutkan bahwasanya Rosulullah saw bersabda :
إن الدين يسر ، ولن يشاد الدين أحد إلا غلبه ، فسددوا وقاربوا و أبشروا ، واستعينوا بالغدوة والروحة وشئ من الدلجة
“ Sesungguhnya agama ini
mudah, dan tidak ada yang mempersulit diri dalam agama ini kecuali dia
akan capai sendiri, makanya amalkan agama ini dengan benar, pelan-pelan,
dan berilah kabar gembira, serta gunakan waktu pagi, siang dan malam (
untuk mengerjakannya ) “ ( HR Bukhari )
Dalam hadist di atas
disebutkan waktu pagi ,siang dan malam, artinya kita bisa menggunakan
waktu-waktu tersebut untuk menghafal Al Qur’an. Sebagai contoh : di pagi
hari, sehabis sholat subuh sampai terbitnya matahari, bisa kita gunakan
untuk menghafal Al Qur’an atau untuk mengulangi hafalan tersebut, waktu
siang siang, habis sholat dluhur, waktu sore habis sholat Ashar, waktu
malam habis sholat Isya’ atau ketika melakukan sholat tahajud dan
seterusnya.
Langkah Ketigabelas : Salah
satu waktu yang sangat tepat untuk melakukan pengulangan hafalan adalah
waktu ketika sedang mengerjakan sholat –sholat sunnah, baik di masjid
maupun di rumah. Hal ini dikarenakan waktu sholat, seseorang sedang
konsentrasi menghadap Allah, dan konsentrasi inilah yang membantu kita
dalam mengulangi hafalan. Berbeda ketika di luar sholat, seseorang
cenderung untuk bosan berada dalam satu posisi, ia ingin selalu
bergerak, kadang matanya menengok kanan atau kiri, atau kepalanya akan
menengok ketika ada sesuatu yang menarik, atau bahkan kawannya akan
menghampirinya dan mengajaknya ngobrol . Berbeda kalau seseorang sedang
sholat, kawannya yang punya kepentingan kepadanya-pun terpaksa harus
menunggu selesainya sholat dan tidak berani mendekatinya, dan begitu
seterusnya.
Langkah Ketigabelas : Salah
satu faktor yang mendukung hafalan adalah memperhatikan ayat-ayat yang
serupa ( mutasyabih ) . Biasanya seseorang yang tidak memperhatikan
ayat-ayat yang serupa ( mutasyabih ), hafalannya akan tumpang tindih
antara satu dengan lainnya. Ayat yang ada di juz lima umpamanya akan
terbawa ke juz sepuluh. Ayat yang mestinya ada di surat Surat Al-Maidah
akan terbawa ke surat Al-Baqarah, dan begitu seterusnya. Di bawah ini
ada beberapa contoh ayat-ayat serupa ( mutasyabihah ) yang seseorang
sering melakukan kesalahan ketika menghafalnya :
- ﴿ وَمَا أُهِلَّ بِهِ
لِغَيْرِ اللَّهِ ﴾ البقرة 173 < ———— > ﴿ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ
اللَّهِ بِهِ ) المائدة 3 ، والأنعام 145، و النحل 115
- ( ذلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّين بغير الحق ) البقرة : 61
( إن الذين يكفرون بآيات اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّين بغير حق ) آل عمران : 21
( ذلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الأنبياء بغير حق ) آل عمرن : 112
Untuk melihat ayat –ayat mutasyabihat seperti ini secara lebih lengkap bisa dirujuk buku – buku berikut :
- Duurat At Tanzil wa Ghurrat At Ta’wil fi Bayan Al Ayat Al Mutasyabihat min Kitabillahi Al Aziz , karya Al Khatib Al Kafi.
- Asrar At Tikrar fi Al Qur’an, karya : Mahmud bin Hamzah Al Kirmany.
- Mutasyabihat Al Qur’an, Abul Husain bin Al Munady
- ‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al Qur’an, karya Abu Dzar Al Qalamuni
Langkah Kelimabelas : Setelah
hafal Al Qur’an, jangan sampai ditinggal begitu saja. Banyak dari
teman-teman yang sudah menamatkan Al Qur’an di salah satu pondok
pesantren, setelah keluar dan sibuk dengan studinya yang lebih tinggi,
atau setelah menikah atau sudah sibuk pada suatu pekerjaan, dia tidak
lagi mempunyai program untuk menjaga hafalannya kembali, sehingga
Al-Qur’an yang sudah dihafalnya beberapa tahun di pesantren akhirnya
hanya tinggal kenangan saja. Setelah ditinggal lama dan sibuk dengan
urusannya, ia merasa berat untuk mengembalikan hafalannya lagi. Fenomena
seperti sangat banyak terjadi dan hal itu sangat disayangkan sekali.
Boleh jadi, ia mendapatkan ijazah sebagai seorang yang bergelar ” hafidh
” atau ” hafidhah “, akan tetapi jika ditanya tentang hafalan Al-
Qur’an, maka jawabannya adalah nihil.
Yang paling penting dalam hal
ini bukanlah menghafal, karena banyak orang bisa menghafal Al Qur’an
dalam waktu yang sangat singkat, akan tetapi yang paling penting adalah
bagaimana kita menjaga hafalan tersebut agar tetap terus ada dalam dada
kita. Di sinilah letak perbedaan antara orang yang benar-benar istiqamah
dengan orang yang hanya rajin pada awalnya saja. Karena, untuk menjaga
hafalan Al Qur’an diperlukan kemauan yang kuat dan istiqamah yang
tinggi. Dia harus meluangkan waktunya setiap hari untuk mengulangi
hafalannya. Banyak cara untuk menjaga hafalan Al Qur’an, masing-masing
tentunya memilih yang terbaik untuknya. Diantara cara untuk menjaga
hafalan Al Qur’an adalah sebagai berikut :
- Mengulangi hafalan menurut waktu sholat lima waktu. Seorang muslim tentunya tidak pernah meninggalkan sholat lima waktu, hal ini hendaknya dimanfaatkan untuk mengulangi hafalannya. Agar terasa lebih ringan, hendaknya setiap sholat dibagi menjadi dua bagian, sebelum sholat dan sesudahnya. Sebelum sholat umpamanya :i sebelum adzan, dan waktu antara adzan dan iqamah. Apabila dia termasuk orang yang rajin ke masjid, sebaiknya pergi ke masjid sebelum adzan agar waktu untuk mengulangi hafalannya lebih panjang. Kemudian setelah sholat, yaitu setelah membaca dzikir ba’da sholat atau dzikir pagi pada sholat shubuh dan setelah dzkir sore setelah sholat Ashar. Seandainya saja, ia mampu mengulangi hafalannya sebelum sholat sebanyak seperempat juz dan sesudah sholat seperempat juz juga, maka dalam satu hari dia bisa mengulangi hafalannya sebanyak dua juz setengah. Kalau bisa istiqamah seperti ini, maka dia bisa menghatamkan hafalannya setiap dua belas hari, tanpa menyita waktunya sama sekali. Kalau dia bisa menyempurnakan setengah juz setiap hari pada sholat malam atau sholat-sholat sunnah lainnya, berarti dia bisa menyelesaikan setiap harinya tiga juz, dan bisa menghatamkan Al Qur’an pada setiap sepuluh hari sekali. Banyak para ulama dahulu yang menghatamkan hafalannya setiap sepuluh hari sekali.
- Ada sebagian orang yang mengulangi hafalannya pada malam saja, yaitu ketika ia mengerjakan sholat tahajud. Biasanya dia menghabiskan sholat tahajudnya selama dua jam. Cuma kita tidak tahu, selama dua jam itu berapa juz yang ia dapatkan. Menurut ukuran umum, kalau hafalannya lancar, biasanya ia bisa menyelesaikan satu juz dalam waktu setengah jam. Berarti, selama dua jam dia bisa menyelesaikan dua sampai tiga juz dengan dikurangi waktu sujud dan ruku.
- Ada juga sebagian teman yang mengulangi hafalannya dengan cara masuk dalam halaqah para penghafal Al Qur’an. Kalau halaqah tersebut berkumpul setiap tiga hari sekali, dan setiap peserta wajib menyetor hafalannya kepada temannya lima juz berarti masing-masing dari peserta mampu menghatamkan Al Qur’an setiap lima belas hari sekali. Inipun hanya bisa terlaksana jika masig-masing dari peserta mengulangi hafalannya sendiri-sendiri dahulu.
( Bersambung pada masalah lain dalam seri ” Sukses Belajar ” volume : 3 )
( ) Hadist riwayat Abu Daud ( no : 1319 ), dishohihkan oleh Syekh Al Bani dalam Shohih Sunan Abu Daud , juz I, hal. 361
( ) Untuk mengetahui secara
lebih lengkap tentang derajat hadits tersebut bisa dirujuk : Abu Umar
Abdullah bin Muhammad Al Hamadi, Al Asinatu Al Musyri’atu fi At Tahdhir
min As Solawat Al Mubtadi’ah, ( Kairo, Maktabah At Tabi’in, 2002 ) Cet
Pertama, hal. 97 -120
( ) Ibid, hal.21-39
( ) Abu Abdur Rahman Al Baz
Taufiq, Ashal Nidham Li Hifdhi Al Qur’an, ( Kairo, Maktabah Al
Islamiyah, 2002 ) Cet. Ke-Tiga, Hal. 13
( ) Ali bin Umar Badhdah, Kaifa Tahfadu Al Qur’an, hal. 6
( ) Ibid. hal 12
( ) Abu Dzar Al Qalamuni, ‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al Qur’an, ( Kairo, Dar Ibnu Al Haitsam, 1998 ) Cet Pertama, hal.16
( ) Abu Abdur Rahman Al Baz Taufiq, Op. Cit, Hal. 15
( ) Imam Nawawi, Al Majmu’,( Beirut, Dar Al Fikri, 1996 ) Cet. Pertama, Juz : I, hal : 66
Sabtu, 28 Februari 2015
Tips Mudah Belajar Fisika
Lagi-lagi pertanyaan ini. “Gimana sih, supaya
bisa fisika?” atau “Fisika kok susah ya?” Pertanyaan yang hampir selalu
dilontarkan oleh peserta didik, ketika saya mengajar fisika. Mungkin sudah
takdir bagi saya sebagai guru fisika. Agak lumayan ketika semester kemarin
mengajar geografi; pertanyaan ini hampir tidak pernah terlontar. Atau mungkin
karena saya saja yang kurang pandai mengajarnya. Dan atas pertanyaan itu sampai
saat ini belum ada jawaban yang saya lontarkan paling cuma berkomentar sedikit,
tapi saya pikir belum sampai kepada inti permasalahannya. Paling cuma jawaban
klise begini: “fisika itu nggak sulit, asal….” Nah disinilah letak masalahnya, saya menganggap bahwa keadaan, kemampuan dan bakat peserta
didik itu sama, padahal sulit dan mudahnya itu kan relatif. Fisika itu bisa
dianggap sulit, dan bisa juga dianggap mudah. Terlalu banyak faktor yang
mempengaruhinya. Tidak percaya? Coba saja tanyakan kepada teman kita yang waktu
ujian kemarin dapat nilai 100,00. Meski mereka mendapatkan nilai sempurna,
tetap saja ada sebagian dari mereka menjawab bahwa fisika itu tetap sulit. Jadi
relatif kan?
Karena serba relatif itulah, saya sampai sekarang juga sulit menentukan kadar kesulitan fisika. Entah sulit, entah tidak. Karena saya tidak mau dianggap berbohong ketika mengatakan fisika itu mudah, padahal fisika itu adalah pelajaran yang sulit! Lha? Yup, fisika itu memang pelajaran yang sulit. Kenapa mesti dikatakan mudah? Tapi kalau saya katakan fisika itu sulit, kadang saya juga dianggap sombong dan sekaligus berbohong, habis untuk beberapa soal yang ditanyakan ke peserta didik, saya terkadang kelihatan mudah saja menjawab. Nah, bingung kan?
Untuk sekarang ini, saya mencoba memposisikan diri dikelompok yang mayoritas, yaitu mazhab yang mengatakan bahwa fisika itu sulit. Tetapi, perlu diingat! Bahwa tidak semua yang sulit itu tidak menyenangkan. Tidak semua yang sulit itu tidak menarik. Tidak semua yang sulit itu tidak bertaburkan keindahan. Tidak semua yang sulit itu tidak bisa dicapai. Karena biasanya sesuatu yang diperoleh dengan sedikit bersulit-sulit, akan memperoleh kepuasan yang lebih. Seperti hadist tentang puasa, dari Abu Hurairah radhiallahu `anhu, dia bercerita, Rasulullah shallallhu `alayhi wasallam bersabda, “Setiap amal anak Adam akan dibalas berlipat ganda. Kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya sampai 700 kali lipat. Allah Ta`ala berfirman, `Kecuali puasa, di mana puasa itu adalah untuk diri-Ku dan Aku akan membalasnya. Dia meninggalkan nafsu syahwat dan makanan demi diri-Ku. Dan orang yang berpuasa itu memiliki dua kegembiraan; kegembiraan saat berbuka dan kegembiraan saat berjumpa dengan Rabbnya. Dan sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kesturi” (HR. al-Bukhari dan Muslim, lafazh di atas bagi Muslim)). Seperti kegembiraan yang tiba-tiba muncul dan menyeruak ketika selesai ujian kemarin kita mendapatkan nilai tinggi setelah bertungkus lumus belajar fisika. Begitulah….
Seorang dosen saya pernah bertutur begini, “belajar Fisika itu, sama saja dengan belajar yang lainnya. Yang membedakan hanyalah bidang yang dipelajarinya!” Percaya dengan teori ini? Sama, saya juga nggak percaya. Belajar kimia ya berbeda dengan belajar fisika, apalagi belajar seni budaya dengan belajar fisika (gaya dalam seni budaya kan style, sedang dalam fisika kan force, berbeda kan? Karena itu, tips-tips dibawah ini, bisa jadi hanya dipakai untuk belajar fisika, atau sebagian bisa dipakai untuk belajar yang lain. Kalau untuk tips belajar yang lain, mudah-mudahan saya sempat menuliskan dan menguploadnya.
Dalam tulisan ini, ada sedikit tips-tips (dibuat 8 agar sesuai dengan sekolah kita), bagaimana fisika yang sulit ini, jadi ‘kelihatan’ mudah. Ingat, ‘kelihatan’. Bukan aslinya. Karena ukuran mudah disini adalah ukuran mudah untuk orang umum. Bukan mudah untuk orang perorang. Dan tips ini hanya berkaitan dengan yang bersifat teknis, sedangkan untuk psikisnya itu berbeda.
Karena serba relatif itulah, saya sampai sekarang juga sulit menentukan kadar kesulitan fisika. Entah sulit, entah tidak. Karena saya tidak mau dianggap berbohong ketika mengatakan fisika itu mudah, padahal fisika itu adalah pelajaran yang sulit! Lha? Yup, fisika itu memang pelajaran yang sulit. Kenapa mesti dikatakan mudah? Tapi kalau saya katakan fisika itu sulit, kadang saya juga dianggap sombong dan sekaligus berbohong, habis untuk beberapa soal yang ditanyakan ke peserta didik, saya terkadang kelihatan mudah saja menjawab. Nah, bingung kan?
Untuk sekarang ini, saya mencoba memposisikan diri dikelompok yang mayoritas, yaitu mazhab yang mengatakan bahwa fisika itu sulit. Tetapi, perlu diingat! Bahwa tidak semua yang sulit itu tidak menyenangkan. Tidak semua yang sulit itu tidak menarik. Tidak semua yang sulit itu tidak bertaburkan keindahan. Tidak semua yang sulit itu tidak bisa dicapai. Karena biasanya sesuatu yang diperoleh dengan sedikit bersulit-sulit, akan memperoleh kepuasan yang lebih. Seperti hadist tentang puasa, dari Abu Hurairah radhiallahu `anhu, dia bercerita, Rasulullah shallallhu `alayhi wasallam bersabda, “Setiap amal anak Adam akan dibalas berlipat ganda. Kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya sampai 700 kali lipat. Allah Ta`ala berfirman, `Kecuali puasa, di mana puasa itu adalah untuk diri-Ku dan Aku akan membalasnya. Dia meninggalkan nafsu syahwat dan makanan demi diri-Ku. Dan orang yang berpuasa itu memiliki dua kegembiraan; kegembiraan saat berbuka dan kegembiraan saat berjumpa dengan Rabbnya. Dan sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kesturi” (HR. al-Bukhari dan Muslim, lafazh di atas bagi Muslim)). Seperti kegembiraan yang tiba-tiba muncul dan menyeruak ketika selesai ujian kemarin kita mendapatkan nilai tinggi setelah bertungkus lumus belajar fisika. Begitulah….
Seorang dosen saya pernah bertutur begini, “belajar Fisika itu, sama saja dengan belajar yang lainnya. Yang membedakan hanyalah bidang yang dipelajarinya!” Percaya dengan teori ini? Sama, saya juga nggak percaya. Belajar kimia ya berbeda dengan belajar fisika, apalagi belajar seni budaya dengan belajar fisika (gaya dalam seni budaya kan style, sedang dalam fisika kan force, berbeda kan? Karena itu, tips-tips dibawah ini, bisa jadi hanya dipakai untuk belajar fisika, atau sebagian bisa dipakai untuk belajar yang lain. Kalau untuk tips belajar yang lain, mudah-mudahan saya sempat menuliskan dan menguploadnya.
Dalam tulisan ini, ada sedikit tips-tips (dibuat 8 agar sesuai dengan sekolah kita), bagaimana fisika yang sulit ini, jadi ‘kelihatan’ mudah. Ingat, ‘kelihatan’. Bukan aslinya. Karena ukuran mudah disini adalah ukuran mudah untuk orang umum. Bukan mudah untuk orang perorang. Dan tips ini hanya berkaitan dengan yang bersifat teknis, sedangkan untuk psikisnya itu berbeda.
1. Pahami terlebih dahulu
pokok bahasan atau materi yang akan dipelajari
Artinya, pahami terlebih dahulu, apa sih yang akan dipelajari? Apa gunanya? Ada tidak relevansinya dengan kehidupan kita? Jika itu belum terjawab, tanyakan terlebih dahulu kepada guru; karena bisa jadi ada yang terlupa disampaikan. Atau bisa juga mencari informasi dari buku-buku atau bacaan lain. Karena, ibarat perang; masa kita nggak tahu kayak apa musuh yang akan kita hadapi. Karena semakin banyak kita mendapatkan informasi tentang musuh kita, kita akan mudah menundukannya, dan menjadikannya sebagai mitra kita untuk berkoalisi untuk menghadapi musuh lain. (hm, bukan bermaksud mengajari berpolitisi).
Artinya, pahami terlebih dahulu, apa sih yang akan dipelajari? Apa gunanya? Ada tidak relevansinya dengan kehidupan kita? Jika itu belum terjawab, tanyakan terlebih dahulu kepada guru; karena bisa jadi ada yang terlupa disampaikan. Atau bisa juga mencari informasi dari buku-buku atau bacaan lain. Karena, ibarat perang; masa kita nggak tahu kayak apa musuh yang akan kita hadapi. Karena semakin banyak kita mendapatkan informasi tentang musuh kita, kita akan mudah menundukannya, dan menjadikannya sebagai mitra kita untuk berkoalisi untuk menghadapi musuh lain. (hm, bukan bermaksud mengajari berpolitisi).
2. Hubungkan materi yang akan
dipelajari dengan materi pendukungnya yang sudah diketahui
Terkadang beberapa guru (lagi-lagi guru), sering lupa menghubungkan materi yang baru dengan materi yang lama; padahal keduanya ada berhubungan cukup erat. Seolah-olah materi yang akan dipelajari ini terlepas dari materi yang sudah-sudah. Jadi, jika ada materi baru, tanyakan kepada guru, kira-kira apa kaitannya dengan masa lalu. Hal ini akan memudahkan kita menarik benang merah hubungan antara keduanya.
Terkadang beberapa guru (lagi-lagi guru), sering lupa menghubungkan materi yang baru dengan materi yang lama; padahal keduanya ada berhubungan cukup erat. Seolah-olah materi yang akan dipelajari ini terlepas dari materi yang sudah-sudah. Jadi, jika ada materi baru, tanyakan kepada guru, kira-kira apa kaitannya dengan masa lalu. Hal ini akan memudahkan kita menarik benang merah hubungan antara keduanya.
3. Jangan menghafal rumus, tapi
pahami dari mana rumus itu berasal (konsepnya).
Dimengertilah dahulu alur rumus dari konsep awal sampai menjadi rumus akhir. Tujuannya adalah supaya kita mengerti darimana rumus-rumus itu berasal, semenjak konsep yang mendasarinya sampai menjadi rumus akhir, kecuali beberapa rumus yang sudah merupakan definisi dan rumus ini biasanya sangat sederhana. Setelah kita mengerti rumus tersebut, adalah hal yang sangat mudah untuk menghapal rumus tersebut. Bahkan, based on my experience, kita bahkan nantinya tidak perlu menghapal rumus tersebut lagi, karena akan terhapal dengan sendirinya. Ingat, sebaiknya kita jangan terburu menghafal rumus, apapun itu. Memang kadang beberapa orang guru tidak menjelaskan konsep fisika dengan baik, tapi hanya disodorkan rumus. Secara tidak langsung kita disuruh menghafal rumus. Terkadang lagi mereka menamakan rumus superlah, rumus raja, rumus ini itu, dengan nama yang keren-keren agar menarik. Ini gawat! mereka menjebak kita. Serius… kita akan sering terjebak ketika menemukan soal yang tidak cocok dengan satu rumus pun. Padahal kita punya hafalan banyak koleksi rumus.
Misalnya, kita belajar vektor kemarin, tentang proyeksi vektor. Bukankah tidak selalu bahwa Fx = F cos teta? Bagaimana kita sebelumnya berekreasi ke lembah matematika mencari si-trigonometeri, yang pernah dikenalkan kepada kita waktu smp, untuk memahamkan bahwa panjang proyeksi vektor itu ternyata hanya aplikasi dan modifikasi tentang rumus sudut-sudut pada segitiga siku-siku. Dan konon kabarnya ini telah kita pelajari waktu smp. Bukan rumus baru!
Rumus yang dihafal dan dimengerti darimana ia berasal akan mudah untuk selalu diingat dan dipanggil dari memori kita saat kita terlupa; berbeda jika menghafal rumus itu dengan membabi buta, akan terbolak-bali begitu kita akan mengingat-ngingat kembali.
Keindahan fisika sebenarnya terletak pada konsep, yang selama ini sering ditelantarkan. Dengan memahami konsep secara baik (dan benar), kita dapat menjelaskan berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan ilmu fisika. Dengan memahami konsep secara baik dan benar, rumus-rumus yang sulit dengan sendirinya akan terpahami dengan mudah.
Yakinlah, jika kita telah mengerti konsep dengan baik dan benar; serta paham dengan penurunan dan aplikasi rumus itu, insya Allah pelajaran fisikan adalah sesuatu yang selalu kita rindukan setiap hari.
Dimengertilah dahulu alur rumus dari konsep awal sampai menjadi rumus akhir. Tujuannya adalah supaya kita mengerti darimana rumus-rumus itu berasal, semenjak konsep yang mendasarinya sampai menjadi rumus akhir, kecuali beberapa rumus yang sudah merupakan definisi dan rumus ini biasanya sangat sederhana. Setelah kita mengerti rumus tersebut, adalah hal yang sangat mudah untuk menghapal rumus tersebut. Bahkan, based on my experience, kita bahkan nantinya tidak perlu menghapal rumus tersebut lagi, karena akan terhapal dengan sendirinya. Ingat, sebaiknya kita jangan terburu menghafal rumus, apapun itu. Memang kadang beberapa orang guru tidak menjelaskan konsep fisika dengan baik, tapi hanya disodorkan rumus. Secara tidak langsung kita disuruh menghafal rumus. Terkadang lagi mereka menamakan rumus superlah, rumus raja, rumus ini itu, dengan nama yang keren-keren agar menarik. Ini gawat! mereka menjebak kita. Serius… kita akan sering terjebak ketika menemukan soal yang tidak cocok dengan satu rumus pun. Padahal kita punya hafalan banyak koleksi rumus.
Misalnya, kita belajar vektor kemarin, tentang proyeksi vektor. Bukankah tidak selalu bahwa Fx = F cos teta? Bagaimana kita sebelumnya berekreasi ke lembah matematika mencari si-trigonometeri, yang pernah dikenalkan kepada kita waktu smp, untuk memahamkan bahwa panjang proyeksi vektor itu ternyata hanya aplikasi dan modifikasi tentang rumus sudut-sudut pada segitiga siku-siku. Dan konon kabarnya ini telah kita pelajari waktu smp. Bukan rumus baru!
Rumus yang dihafal dan dimengerti darimana ia berasal akan mudah untuk selalu diingat dan dipanggil dari memori kita saat kita terlupa; berbeda jika menghafal rumus itu dengan membabi buta, akan terbolak-bali begitu kita akan mengingat-ngingat kembali.
Keindahan fisika sebenarnya terletak pada konsep, yang selama ini sering ditelantarkan. Dengan memahami konsep secara baik (dan benar), kita dapat menjelaskan berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan ilmu fisika. Dengan memahami konsep secara baik dan benar, rumus-rumus yang sulit dengan sendirinya akan terpahami dengan mudah.
Yakinlah, jika kita telah mengerti konsep dengan baik dan benar; serta paham dengan penurunan dan aplikasi rumus itu, insya Allah pelajaran fisikan adalah sesuatu yang selalu kita rindukan setiap hari.
4. Pelajari mulai dari tingkat
paling dasar dari materi yang dipelajari.
Biasanya (terutama dalam pelajaran SMA), rumus-rumus fisika di buku yang kelihatannya sangat rumit sebenarnya berasal dari konsep yang sederhana. Misalnya konsep tentang gaya, atau tentang energi, yang diturunkan menjadi rumus akhir yang dibutuhkan. Pelajari konsep2 tersebut dahulu, sebelum pergi ke rumus akhir. Nah, beberapa guru (maaf tidak semua) sering menerangkan atau mengajarkan materi mulai dari yang mudah, yang biasanya ada relevansi dengan materi yang sebelumnya atau selanjutnya, baru kemudian ke materi yang tingkat tinggi.
Biasanya (terutama dalam pelajaran SMA), rumus-rumus fisika di buku yang kelihatannya sangat rumit sebenarnya berasal dari konsep yang sederhana. Misalnya konsep tentang gaya, atau tentang energi, yang diturunkan menjadi rumus akhir yang dibutuhkan. Pelajari konsep2 tersebut dahulu, sebelum pergi ke rumus akhir. Nah, beberapa guru (maaf tidak semua) sering menerangkan atau mengajarkan materi mulai dari yang mudah, yang biasanya ada relevansi dengan materi yang sebelumnya atau selanjutnya, baru kemudian ke materi yang tingkat tinggi.
5. Latihlah pemahaman dengan
mengerjakan soal, dan mulailah dari soal yang paling mudah
Ketika menghadapi musuh, kita perlu yang namanya keberanian. Bagi yang penakut, maka dia dikatakan sudah kalah sebelum bertempur. Karena itu coba jurus-jurus (pemahaman) yang telah diberikan oleh sang guru untuk mencoba menaklukan beberapa soal. Cobalah berani. Mulai dari soal-soal yang kita anggap atau kelihatan mudah. Jika kita ragu, minta pilihkan dengan guru, soal mana yang sebaiknya terlebih dahulu kita kerjakan. Kemenangan demi kemenangan dalam menaklukan beberapa soal menjadikan suatu pengalaman yang sulit terlupakan. Dan ini akan menjadi suatu ekstase yang mencandukan.
Ketika menghadapi musuh, kita perlu yang namanya keberanian. Bagi yang penakut, maka dia dikatakan sudah kalah sebelum bertempur. Karena itu coba jurus-jurus (pemahaman) yang telah diberikan oleh sang guru untuk mencoba menaklukan beberapa soal. Cobalah berani. Mulai dari soal-soal yang kita anggap atau kelihatan mudah. Jika kita ragu, minta pilihkan dengan guru, soal mana yang sebaiknya terlebih dahulu kita kerjakan. Kemenangan demi kemenangan dalam menaklukan beberapa soal menjadikan suatu pengalaman yang sulit terlupakan. Dan ini akan menjadi suatu ekstase yang mencandukan.
6. Kembangkan ke soal yang lebih
sulit agar pengetahuan lebih mendalam.
Jangan selalu terbuai dengan kemenangan-kemenangan menghadapi lawan yang lebih lemah. Kemenangan yang seperti itu, meski berguna untuk meningkatkan motivasi; namun tidak menguji kita dengan sebenarnya. Cobalah, mulai berkenalan dengan soal-soal yang lebih sulit, atau bervariasi. Keberhasilan kita menaklukan soal dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi akan membawa suatu kenikmatan yang berbeda.
Perlu kita ingat, bahwa ada lima kompetensi yang sebaiknya kita miliki untuk melihat kepahaman kita dalam mempelajari fisika, yaitu mengerjakan soal-soal fisika dalam satu langkah; mengerjakan soal dalam beberapa langkah; menggambar sketsa; menggambar grafik dan mengubah variabel.
Jangan selalu terbuai dengan kemenangan-kemenangan menghadapi lawan yang lebih lemah. Kemenangan yang seperti itu, meski berguna untuk meningkatkan motivasi; namun tidak menguji kita dengan sebenarnya. Cobalah, mulai berkenalan dengan soal-soal yang lebih sulit, atau bervariasi. Keberhasilan kita menaklukan soal dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi akan membawa suatu kenikmatan yang berbeda.
Perlu kita ingat, bahwa ada lima kompetensi yang sebaiknya kita miliki untuk melihat kepahaman kita dalam mempelajari fisika, yaitu mengerjakan soal-soal fisika dalam satu langkah; mengerjakan soal dalam beberapa langkah; menggambar sketsa; menggambar grafik dan mengubah variabel.
7. Seringlah berlatih dengan
mengerjakan banyak soal, semakin banyak soal yang dikerjakan maka semakin
mengerti kita tentang materi fisika.
Mengapa mengerjakan latihan soal sesering mungkin ? Kalau kita sering mengerjakan soal fisika, dengan sendirinya rumus diingat, dan akan terhapal dengan sendirinya. Kita juga semakin memahami konsep fisika. Ingat waktu pertama kali belajar makan, bolak-balik makanan itu berlepotan di mulut kita (dan alhamdullillah ibu kita mengajari dengan kesabaran yang luar biasa), tapi karena itu berulang-ulang akhirnya kita mahir makan dan tidak akan pernah akan ketinggalan jika diajak makan. Ketika kita belajar naik sepeda? rasanya sangat sulit sekali dan menakutkan. Kita bahkan mungkin jatuh berulangkali, tapi kemdian? Sama saja dengan fisika. Jika kita sering latihan soal, kepiawaian kita makin tinggi.
Mengapa mengerjakan latihan soal sesering mungkin ? Kalau kita sering mengerjakan soal fisika, dengan sendirinya rumus diingat, dan akan terhapal dengan sendirinya. Kita juga semakin memahami konsep fisika. Ingat waktu pertama kali belajar makan, bolak-balik makanan itu berlepotan di mulut kita (dan alhamdullillah ibu kita mengajari dengan kesabaran yang luar biasa), tapi karena itu berulang-ulang akhirnya kita mahir makan dan tidak akan pernah akan ketinggalan jika diajak makan. Ketika kita belajar naik sepeda? rasanya sangat sulit sekali dan menakutkan. Kita bahkan mungkin jatuh berulangkali, tapi kemdian? Sama saja dengan fisika. Jika kita sering latihan soal, kepiawaian kita makin tinggi.
8. Katakan “Itu Sulit, Tapi
Insya Allah Saya Bisa”; bukan kata “Itu Saya Insya Allah Bisa, Tapi Sulit”.
Lha apa bedanya dari dua kalimat itu? Jelas Beda. Pada kalimat pertama ada sedikit optimisme dan keyakinan. Sedangkan kalimat kedua ada perasaan pesimisme yang dibalut dengan keraguan; kalimat ini seolah-olah sudah membuat dinding pembatas bagi kita untuk berbuat; kalimat ini seolah-olah memberati kaki kita untuk melangkah. Sedangkan kata-kata Itu Sulit, Tetapi Insya Allah Saya Bisa akan memotivasi kita untuk selalu berbuat dan berusaha. Kata-kata ini kan menjelaskan bahwa fisika itu sifatnya memang sulit, tapi insya Allah kita bisa.
Lha apa bedanya dari dua kalimat itu? Jelas Beda. Pada kalimat pertama ada sedikit optimisme dan keyakinan. Sedangkan kalimat kedua ada perasaan pesimisme yang dibalut dengan keraguan; kalimat ini seolah-olah sudah membuat dinding pembatas bagi kita untuk berbuat; kalimat ini seolah-olah memberati kaki kita untuk melangkah. Sedangkan kata-kata Itu Sulit, Tetapi Insya Allah Saya Bisa akan memotivasi kita untuk selalu berbuat dan berusaha. Kata-kata ini kan menjelaskan bahwa fisika itu sifatnya memang sulit, tapi insya Allah kita bisa.
Begitulah kira-kira, sedikit sumbang saran.
Apakah masih berpendapat bahwa fisika itu mudah? Eh, sulit maksudnya? Jika
demikian, bagaimana jika kita saling membantu untuk membuat agar fisika itu
kelihatan mudah? Seperti dahulu, ketika pertama kali saya akan mendaki gunung,
melihat gunung yang sedemikian tinggi, rumit, malam-malam lagi perjalanannya.
Setelah didaki, ternyata memang gunung tersebut tinggi, sukar, dingin,
mengerikan, tapi….. setelah dipuncaknya sungguh menyenangkan! Kita belajar dan
ternyata kita mampu untuk bisa menaklukan ego diri agar tidak cepat patah
semangat, kita bisa berlatih tolong menolong, kita bisa menikmati dan
mentadaburi keindahan ciptaan-Nya, kita bisa….!
Begitulah, sedikit tips, jika ada yang mau
menambah, atau nggak setuju, silakan saja dikomentari. Mudah-mudahan
bermanfaat. Selamat belajar fisika!
Langganan:
Postingan (Atom)